Pada tanggal 16 Maret hingga 28 Maret 2020 Kampus IAIN Surakarta mengeluarkan kebijakan agar perkuliahan dapat dilaksanakan secara daring atau online untuk mengantisipasi penyebaran virus corona atau covid-19 di lingkungan kampus IAIN Surakarta. Kebijakan tersebut menindaklanjuti dari kebijakan Pemerintah Kota Solo yang mana menetapkan Kota Solo KLB (Keadaaan Luar Biasa) setelah terdengar kabar salah pasien yang positif corona atau covid-19 meninggal di RSUD Dr Moewardi Solo.
Semenjak di tetapkan KLB dan perkuliahan di IAIN Surakarta dilaksanakan secara daring, suasana kampus pun menjadi sepi dan aktivitas mahasiswa sangatlah berkurang, yang tersisa hanyalah para mahasiswa yang tetap bertahan di kos-kosan mereka karena tidak berani untuk pulang kampung. Namun di tengah keadaan was-was akan virus tersebut yang semakin menyebar tidak hanya di Indonesia namun di seluruh dunia, tidak menyurutkan semangat belajar para mahasiswa yang tergabung dalam Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Cabang Ahmad Dahlan Kota Surakarta. Dengan semangat untuk memberikan informasi yang tepat kepada masyarakat dan semangat menimba ilmu yang tinggi, PC IMM Ahmad Dahlan Kota Surakarta pun mengadakan diskusi online yang dilakukan dengan menggunakan media WhatsApp. Diskusi tersebut pun dilakukan dengan metode membuat group wa dan memasukkan nomor pemateri kedalam group tersebut.
Diskusi yang di ikuti sekitar 250an peserta dari kalangan mahasiswa tersebut di laksanakan pada hari Sabtu, 21 Maret 2020 yang di mulai pada pukul 19.30 hingga pukul 21.00 WIB. Diskusi tersebut pun mengusung tema “COVID-19: Antara Bencana atau Rencana?” dengan pemateri dari Bidang Kesehatan DPP IMM, Ricky Septiandi.
Sebagai pembuka dalam diskusi tersebut, Ricky Septiandi selaku pemateri mengirim file dan meminta untuk peserta diskusi membaca file yang berisi informasi mengenai virus corona covid-19 mulai dari masalah dan penanganannya, jumlah kasus yang terkini di seluruh dunia termasuk di Indonesia, hingga cara menghindari virus tersebut dengan pola hidup sehat yang terlampir dalam file berupa slide PPT tersebut.
Selang beberapa menit diskusi dimulai dan peserta selesai membaca, peserta pun antusias untuk mengajukan pertanyaan kepada pemateri. Dimulai dari membahas mengenai asal muasal virus tersebut yang berasal dari hewan dan masih satu rumpun dengan virus MERS, SARS dan sejenisnya yang mana pernah masuk di Indonesia, Ricky Septiandi menjelaskan bahwa penyebaran virus ini sangatlah cepat dan jumlah korban meninggal mencapai empat ribuan korban di seluruh dunia. Di Indonesia sendiri jumlah orang yang diperiksa mencapai 2.028 dengan jumlah positif Covid-19 mencapai angka 450 dan yang menjalani perawatan sekitar 392, korban meninggal 38, dan sembuh total 20 orang. Yang mana angka-angka tersebut di dapat melalui lembaga Muhammadiyah Covid-19 Command Center dan dipastikan valid dengan update terakhir tanggal 21 Maret pukul 16.00 WIB.
Saat ditanya apakah coronavirus ini diciptakan, Ricky Septiandi menjawab “Hal tersebut memerlukan riset yang kuat dan mendalam, namun untuk saat ini yang harus kita tanamkan dalam pikiran kita adalah bahwa virus ini bukanlah suatu hal yang direncanakan atau dibuat, mari kita bangun rasa kepedulian bahwasanya ini adalah bencana, bukan saatnya kita berdebat ini adalah ulah dari pihak manapun”. Tutur Ricky Septiandi yang disampaikan dalam diskusi tersebut melalui voice note atau VN.
Di singgung mengenai apa peran pemerintah yang sudah dilakukan untuk menangani virus ini, Ricky Septiandi menyampaikan bahwa pemerintah sudah sangat koperatif dan sudah melakukan langkah-langkah yang tepat ditambah pemerintah didukung oleh berbagai relawan termasuk Muhammadiyah Covid-19 Command Center. Untuk saat ini pun diharapkan kita jangan mengeluh, menggerutu dan mendebat pemerintah yang katanya lamban dan sebagainya, namun sebagai mahasiswa dan sebagai bagian dari Muhammadiyah, IMM diharapkan bisa memberikan edukasi kepada masyarakat, sosialisasi, penyampaian informasi yang tepat, karena di Muhammadiyah sendiri sudah menyiapkan 20 Rumah Sakit PKU yang siap menangani pasien yang positif coronavirus ini. Dan dari Muhammadiyah Covid-19 Center ini IMM sendiri mendapat bagian di public health yang mana IMM sebagai kaum intelektual mendapat tugas untuk memberikan edukasi kepada masyarakat terkait bahaya dari virus ini dan memberikan promosi kesehatan, serta informasi yang tepat untuk mengurangi informasi yang bersifat hoaks.
Diskusi pun berlanjut lebih mendalam dimana banyak yang bertanya apakah ini adalah perbuatan politik dan digunakan sebagai alat kepentingan, Ricky Septiandi menjawab “Jika ini merupakan alat politik, maka ini merupakan perbuatan yang sangat dzolim sekali jika sampai memang seperti itu, karena telah merenggut nyawa ribuan orang. Namun ini tidak terjadi di satu atau dua negara saja jika memang sebagai alat politik, tapi ini sudah dikatakan oleh WHO sebagai pandemi yang mana seluruh dunia sekarang sedang bertarung melawan corona ini. Jadi bisa dikatakan ini bukanlah alat politik.”
Kembali ditanya mengenai adanya virus ini apakah virus ini merupakan senjata biologis, pemateri memberikan tanggapan bahwa jika ini merupakan senjata biologis untuk kepentingan perang, mengapa tidak menggunakan nuklir saja yang daya hancurnya luar biasa, dan mengapa malah menggunakan corona yang berlahan-lahan, dan nanggung sekali. Dan perlu diketahui bahwa semua negara yang terdampak corona ini sedang mengalami ekonomi yang sangat sulit, tidak hanya China dan Amerika, namun seluruh dunia yang terdampka virus ini mengalami ekonomi yang sangat sulit. Ini murni karena penyakit.
Diakhir diskusi yang dilakukan secara online lewat WhatsApp tersebut, Ricky Septiandi mengatakan bahwa Indonesia belum siap apabila di lockdown, baik dari masyarakat maupun pemerintah sendiri, terutama dari masyarakat yang masih ngeyel, dan nanti pertimbangannya adalah bagaimana dengan UMKM dan pedagang-pedagang kecil serta apakah masyarakat telah menyiapkan bahan pangan yang cukup selama di lockdown.
Ditutup dengan pemateri yang memberikan kesimpulan bahwa Covid-19 merupakan sebuah bencana. Pemerintah, PP Muhammadiyah mengatakan bahwa ini merupakan bencana. Tugas kita sebagai kader IMM adalah bagaimana kita hadir dan memberikan solusi. Marilah kita bangun nilai positif dari sebuah fenomena yang sedang terjadi ini menjadi energi kita untuk berbuat. Untuk saat ini kita hentikan dulu persoalan-persoalan negatif. Tapi bagaimana IMM andil karena IMM hadir untuk memberikan solusi bersama, tidak berfikir background kita apa. Mari berikan edukasi yang sehat dan informasi yang tepat.
Tim Cendana Pers
Redaktur : Annas
Editor/Penyunting : Annisa P
Tim Cendana Pers
Redaktur : Annas
Editor/Penyunting : Annisa P


