Halo IMMawan/ti Selamat Datang!. Informasi Kami.

Ramadan Pertama Bersama IMM (Jurnal Ramadan #2)


 Bulan Ramadan merupakan bulan istimewa bagi umat Islam. Di bulan suci ini umat Islam saling berlomba untuk mendapat pahala, termasuk dari organisasi otonom Muhammadiyah, salah satunya yaitu IMM.

Oh sebelumnya aku Laila, anak manis, kalem, dan cantik menurut keluargaku sendiri, xixixi. Aku berasal dari Banyumas, dan Ramadan kali ini menjadi salah satu Ramadan teristimewa di hidupku. Mengapa istimewa? Karena di Ramadan ini, pertama kalinya aku keluar dari zona ternyamanku, yaa keluar dari Banyumas dan masuk ke daerah orang lain, Sragen.

Sebenarnya aku tidak pernah berpikir bahwa aku akan menjalankan ibadah bulan Ramadan di sini. Sedari kecil aku sudah dididik dengan protektif oleh orang tuaku, itu membuat diriku sendiri bergantung sepenuhnya pada mereka. Hingga ketika aku MTs, aku mulai mengikuti organisasi sekolah, IPM. Dan dari IPM aku belajar banyak hal, salah satunya alasan mereka protektif kepadaku yang notabennya seorang perempuan. Bisa dikatakan IPM merupakan cinta pertamaku, tempat berkembangku menjadi pribadi yang lebih baik.

Di kelas IX MTs aku mulai mendapatkan materi mengenai ortom-ortom yang ada di Muhammadiyah, yaa salah satunya yaitu IMM. Jika IPM bergerak di ranah pelajar, maka IMM di ranah mahasiswa. Pemikiranku saat itu hingga sebelum aku ikut DAD tahun ini, IMM itu merupakan jenjang lanjutan dari IPM, jadi ketika ikut IPM maka harus melanjutkan ke IMM.

Okee sebelum lanjut, sedikit aku ingin menggambarkan, eeh bukan menggambarkan yaa ... emm, sedikit menuliskan kenapa sih aku bisa nyasar, eh milih kuliah di IAIN Surakarta, padahal di Banyumas sendiri banyak universitas yang mampu bersaing juga, apalagi backgroundku yang Muhammadiyah, kenapa tidak di UMP, di Unsoed, di IAIN Purwokerto.

Sebenarnya dari aku MTs kelas IX aku sudah mulai merangkai masa depanku, salah satunya plan kuliah ini. Sedari awal aku ingin kuliah di UMS, entah mengapa tapi aku merasa, emm ... pokoknya aku itu harus kuliah di UMS, harus keluar dari Banyumas. Waktu itu aku sendiri baru mengenal beberapa kampus, yakni UMP, UMS, Unsoed, dan juga IAIN Purwokerto. Awalnya ada senior IPM yang kuliah di UMS, dan dari Banyumas sendiri rata-rata anak IPM kuliahnya juga di UMS. Aku merupakan orang pertama yang notabennya anak IPM Banyumas  yang memilih kuliah di IAIN Surakarta (sepertinya).

Dan ketika masuk MA aku masih terobsesi pada UMS, hingga saat kelas XII aku berkunjung ke Sragen, karena ada suatu hal. Dan dalam perjalanan aku melihat plang yang bertuliskan IAIN Surakarta. Dari sini aku baru tahu, ternyata di Surakarta ada IAIN juga. Maka saat itu, aku memutuskan untuk kuliah di Surakarta, entah itu di UMS, di UNS ataupun di IAIN Surakarta.

Saat semester dua kelas XII, aku mulai mengurusi berkas-berkas persyaratan kuliah. Aku mendaftar SNMPTN, SPAN PTKIN dan juga jalur beasiswa kader di UMS. Belum selesai aku mengurus berkas untuk mendaftar di UMS, ternyata pengumuman SPAN PTKIN keluar, dan aku dinyatakan lulus di IAIN Surakarta.

Ramadan tahun lalu, aku mulai mencari-cari akun ig IMM di IAIN Surakarta. Sebelumnya aku tanya ke kakak kelas yang kuliah di Surakarta juga mengenai IMM di IAIN, tapi ternyata dia tidak tahu. Jadi aku memutuskan mencari akun ig nya, dan akhirnya ketemu akun ig PC IMM Ahmad Dahlan (@immahmaddahlan). Dan dari sinilah perjalanan mencari IMM berawal, namun aku tidak akan menceritakannya secara detail, karena akan memakan berlembar kertas, ahihi ....

Singkat cerita aku bertanya mengenai IMM lewat salah satu kader yang kebetulan merupakan kader IMM Kuntowijoyo. Dan dari beliau juga, aku diberi tahu cp yang tertera jika akan mendaftar menjadi anggota IMM.

Ramadan tahun lalu merupakan masa-masa mencari IMM di IAIN Surakarta, dan Ramadan kali ini merupakan masa-masa ta’aruf dengan IMM khususnya PK IMM Kuntowijoyo. Berawal dari kegiatan DAD I yang diadakan di Boyolali pada 8-11 April 2021, dari sana aku mendapat kenalan baru dan juga lebih mengetahui tentang IMM. DAD I sepertinya akan menjadi salah satu kegiatan yang akan selalu dikenang.

Dan saat hari akhir DAD itu ada kegiatan apa yaa namanya, kalo ngga salah pengukuhan (maaf kalo salah, lupa soalnya :v). Nah  di kegiatan itu peserta DAD di suruh mengisi formulir kemudian di sumpah untuk ikut berkontribusi di acara IMM. Sungguh, rasanya beban dipundak bertambah, amanah bertambah, rasa takut tidak bisa tanggung jawab pun mulai menggerogoti. Tapi ketika teringat kata-kata pemateri saat acara IPM dulu, yakni ” jangan meletakkan amanah di pundak karena akan terasa berat, letakkanlah amanah di hati karena akan membuat ringan dalam menjalankan amanah tersebut” pundakku mulai terasa ringan. Aku tau, langkah  pertama yang harus aku lakukan adalah mencintai IMM, bukan mencintai IMMawan, upss.. hhehe, canda IMMawan :v

Dengan mencintai IMM maka akan terasa ringan langkahku dalam berjuang, akan nyaman rasaku ketika berkumpul bersama kader IMM.

Ketika tanggal 27 April 2021, dari IMM Kuntowijoyo mengadakan acara dalam rangka memperingati lahirnya PK IMM Kuntowijoyo. Nah rangkaian kegiatan acara milad ini ada talkshow, berbagi takjil dan juga buka bersama kader IMM. Jujur saja, berbagi takjil ini merupakan pengalaman pertama bagiku, benar-benar pertama kalinya aku turun ke jalan raya dan membagikan takjil kepada para pengendara mobil dan motor.

Rasanya seru, exited juga, mungkin karena pengalaman pertama. Bayangkan saja, aku itu anak rumahan, keluar rumah ketika sekolah, mengajar TPQ dan juga ketika ada acara IPM. Jarang, bahkan sangat jarang bagiku pergi ke suatu tempat sendirian dan memakai mikro, karena biasanya selalu ada teman yang menemani jika aku naik mikro, jika tidak ada teman maka aku diantar oleh kakaku. Dan di acara kemarin, aku ikut membagikan takjil ke pengendara-pengendara, itu rasanya ... ah, tidak bisa dijabarkan. Rasa bingung, deg-degan, cemas jika ditolak menjadi satu. Rasanya campur aduk.

Dan setelah semua takjil habis, kami pulang ke sekre IMM untuk melanjutkan kegiatan, yakni buka bersama. Setelah itu ada rapat evaluasi panitia, karena aku merupakan salah satu pantia kegiatan maka aku wajib ikut. Dan ternyata rapatnya di depan gedung rektorat IAIN Surakarta, kembali ini menjadi pengalaman pertamaku memasuki kampus. Sedari aku masuk kuliah, aku memang tidak pernah melihat dan mengunjungi kampus IAIN Surakarta. Dan saat itulah pertama kali aku melihatnya, walaupun tidak masuk ke dalam gedung-gedungnya, tapi setidaknya aku pernah menginjakkan kakiku di kampus. Xixixi ...

Setelah selesai evaluasi, dari panitia masih bercengkrama di sana, hingga pukul delapan malam, kalau ngga salah. Tapi sampai pukul delapan aku belum juga dijemput, akhirnya aku ditemani dua IMMawati baik hati dari PK Kunto  untuk menunggu jemputan di sekre. Aku tidak bisa membayangkan jika aku sendirian di sekre, mengapa? Karena isinya IMMawan semua :)

Dan pukul setengah sembilan malam, jemputanku datang. Bersyukur sekali rasanya, karena saat itu aku juga sudah mulai mengantuk.

Ketika aku ikut kumpul dengan kader IMM, aku merasa nyaman, walaupun aku merasa kecil banget. Intelektual mereka tinggi, pemikiran mereka juga kritis, ini mengharuskanku juga untuk lebih giat membaca buku agar aku bisa seperti mereka.

Sepertinya cerita ini terlalu panjang yaa,  jadi aku akhiri saja sampai di sini. Tulisan ini gaje, iya aku tau kok. Tapi aku ingin  mengucapkan terima kasih, karena telah membaca tulisan gajeku ini :)

Salam hangat dan salam sayang dariku,

Oleh: Muslikhatul Laila
PK IMM Kuntowijoyo

Posting Komentar

Akses seluruh artikel dengan mudah melalui smartphone!