Bahkan untuk sekedar menjadi seorang pekerja politik, banyak yang tanpa sadar atau justru dengan kesadaran penuh terjangkit penyakit Dark Triad Personality (Narcissism, Machiavellianism, Psychopathy). Merasa bahwa dirinya lebih baik dari yang lain dan membanggakan dirinya sendiri (narsis), menghalalkan segala cara untuk menduduki kekuasaan atau mendapatkan apa yang dia kejar (machiavellis) dan tidak ada rasa kasian/empati saat mengorbankan banyak orang hanya untuk memuaskan hasratnya (psikopat).
Dari kasus yang sedang berlangsung pada DEMA (Dewan Eksekutif Mahasiswa) Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Mas Said Surakarta sudah sangat jelas semua teori yang saya sebutkan di atas menjangkit struktural DEMA saat ini. Sikap yang ditunjukkan ketua DEMA saat ini sangat tidak menunjukkan sikap seorang negarawan, apalagi dia juga merupakan kader dari sebuah organisasi. Isu yang beredar bahwa MoU yang ditandangani oleh DEMA dengan perusahaan pinjol adalah MoU terima jadi tanpa dibaca terlebih dahulu membuat kecurigaan bahwa ada senior-senior dan tangan-tangan yang berkuasa atas DEMA yang telah membuat kesepakatan dan deal di belakang dengan menggunakan kader-kadernya yang ada di struktual DEMA. Sudah sangat jelas bahwa ini adalah sikap yang sangat merugikan banyak mahasiswa baru bahkan kampus itu sendiri.
Kondisi DEMA saat ini merupakan potret buruk dari sebuah perkaderan. Pragmatisme sesaat yang hanya menghasilkan fresh money membuat citra mereka buruk dengan sendirinya dan tentu menggali lubang kuburnya sendiri. Kader-kader yang menduduki jabatan strategis di DEMA saat ini telah dibajak oleh senior-senior atau tangan-tangan yang berkuasa atas DEMA. Mereka merasa bahwa diri mereka lebih baik dibanding yang lainnya, maka mereka dengan santainya memroyeki agenda besar seperti PBAK (narsis). Menghalalkan segala cara tanpa tau resiko yang akan dihadapi kedepannya, terlebih lagi bekerja sama dengan peruasahan pinjol yang jelas-jelas pasti ada unsur riba sangat bertentangan dengan apa yang diajarkan oleh kampus Islam (machiavellis). Yang paling buruk adalah tanpa adanya empati dan rasa welas asih menjadikan mahasiswa baru bahkan kampus sebagai korban dari tindakan mereka yang sembrono (psikopat).
Pembajakan DEMA karena adanya sikap pragmatis yang hanya mencari keuntungan ini sangatlah jelas bahwa ketua DEMA hanya sebagai pekerja politik yang bekerja untuk seniornya. Tidak berani muncul di permukaan, bersembunyi, mengosongkan kantor DEMA, tidak berani mengambil sikap tegas dan justru malah membuat akun-akun buzzer untuk mengounter kritik-kritik yang ada merupakan bentuk kegagalan intelektual dan menciderai citra akademisi. Lebih buruk lagi, dari kesaksian seorang mahasiswa baru yang mendengar adanya perkataan-perkataan yang tidak pantas dilontarkan oleh para kaum cendekia. Ketika sedang berlangsung verifikasi akun pinjol, para mahasiswa baru telah mendengar seruan adzan ashar, namun salah satu panitia mengatakan “tidak apa-apa diselesaikan dulu, maba jangan dibolehkkan keluar sebelum verifikasinya selesai, nanti dosanya saya yang nanggung!”, ketika ada yang khawatir karena isu ini terus meluas, dengan santainya ada yang menjawab “gapapa, nanti isunya juga hilang sendiri”. Sungguh pernyataan-pernyataan yang tidak seharusnya dinarasikan oleh kaum intelektual.
Lalu, solusi yang harus dilakukan apa? Hanya ada satu kata, lawan! Reformasi harus terbentuk dan gelombang perubahan harus mengalir!
Abadi Perjuangan!
Oleh : Muh. Annas Firmansyah Ketua Pimpinan Cabang IMM Ahmad Dahlan 2021/2022
