Meluruskan Kiblat Kampus Melalui IMM Yang Menggembirakan
Kehidupan kampus diwarnai oleh civitas
akademia yang berangkat dari berbagai cabang keilmuan. Sudah selayaknya kehidupan
tersebut dihidup-hidupi dengan berbagai fakta, literatur, mahasiswa yg
berakhlak, berilmu, dan memiliki mewujudkan cita-cita bangsa. Mahasiswa setiap
akhir tugas semester akhir dibenturkan dengan penelitian atau skripsi yang diharapkan
menjadi sebuah inovasi baru yang dapat menjadi pemecah jutaan masalah yang
dihadapi bangsa ini.
Mencoba mengandai-andai kehidupan di kampus jikalau mulai dari mahasiswa baru sampai dengan mahasiswa tingkat akhir memiliki paradigma yang tidak ada bedanya dengan di tingkat SMA/SMK sederajat yaitu mengharapkan nilai yang bagus atau cumlaude maka mereka harus dituntut komitmen dengan semangat belajar tinggi dan mendapatkan pekerjaan yang diinginkan. Menjalani perkuliahan yang sangat monoton berangkat dari kos atau rumah kemudian mengikuti perkuliahan, setelah itu pulang.
Monoton dan Membosankan
Jika kamu benar sedang berada di siklus
tersebut apakah tidak merasa bosan dengan hal yang begitu-begitu saja ? Saya contohkan
lagi, ketika selesai perkuliahan dilanjutkan dengan mengerjakan tugas, ketika
tugas selesai maka kebanyakan orang-orang bergelut dengan skrol-skrol media
sosial untuk mengobati bosannya, mungkin bisa dengan bermain game atau hal-hal
lain yang dianggap disukai dan menyenangkan.
Setiap semester kita dihantui oleh pembayaran Uang Kuliah Tunggal atau UKT yang merupakan kewajiban setiap mahasiswa. Jika dihitung pembayaran tersebut bukanlah jumlah yang sedikit. Ketika siklus monoton tersebut di atas masih saja dijalankan, lantas apa bedanya dengan kita seperti menonton suatu konser ? di mana sebelum menikmati konser kita harus membayar, lalu ketika melihat konser sudah selesai kita pulang ? tentu kita tidak boleh sedangkal itu dalam memaknai kehidupan kampus.
Kiblat Kampus Yang Mulai Melenceng
Kampus sekarang adalah pasar yang paling
mahal. Jika paradigma kamu dalam memaknai kehidupan kampus masih seperti di
atas, mari saya ajak untuk mencocokkan tulisan ini dengan realitas yang sedang
kamu hadapi. Ketika kita merenungi dan mencoba menggali ingatan kembali mulai
dari semester awal hingga saat ini apakah yang kamu dapat dari perkuliahan yang
monoton itu ? Bagaimana dengan riuh diskusi suasana kelasmu ketika presentasi ?
Jualan kampus yang paling mahal adalah
mahasiswanya yang juara. Analogi sederhananya adalah orang tua berangkat membiayai perkuliahan
anaknya untuk dipasarkan sesuai pilihan yang ada. Kampus favorit tentu memiliki
fasilitas yang mewah, tentu produk-produk pendidikan terbaik pasti ada, dan
juga dengan biaya yang mahal. Tentu dengan biaya yang mahal orang tua pun tidak
ingin rugi karena dengan jaminan dari kampus tersebut yang akan memberikan pekerjaan
dengan bayaran yang tentunya akan membalikkan modal bahkan untuk berkali-kali
lipat.
Kiblat pendidikan mengarah seperti biro
jasa. Mengapa ? mulai dari biaya pembayaran perkuliahan akan menentukan
fasiltas, kuantitas dan kualitas pelayanan, kualitas lulusan dari suatu kampus
juga menjadi acuan dapat diterima di suatu instansi tertentu, hal-hal ini sudah
cukup bisa dikatakan bahwa pendidikan merupakan komoditas perdagangan. Sistem
pendidikan yang demikian, terdapat kontrak perjanjian di awal seperti penyedia
dan pengguna jasa. Dan setiap pembayaran akan mendapatkan fasilitas, seperti
dosen, pekerja urusan administasi, dan sarana prasarana lainnya yang tidak beda
jauh dengan sebuah industri.
Selayaknya pendidikan juga memperhatikan nilai-nilai pendidikan seperti mewujudkan mahasiswa yang berakhlak mulia, sistem pendidikan nasional yang adil untuk semuanya, kreatif, mandiri, demokratis dan akademis yang cerdas. Diatur dalam Pasal 31 ayat 3 UUD 1945 menyebutkan bahwa “Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang- undang”
Makna Akademisi Dalam IMM Yang Menggembirakan
Pemaknaan
akademisi di dalam Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah ada 2 (dua) yaitu pertama,
lahir pertama meluruskan kiblat kampus agar lurus menjadi akademia lagi bukan
seperti mall atau penjara. Kedua, Kampus adalah pasar paling mahal, menjual
atau jualan termahal kampus adalah mahasiswanya yang juara.
Seperti yang
sudah dipaparkan di atas sebelumnya, tujuan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah mengusahakan
terwujudnya akademisi islam yang berakhlak mulia, membentuk akademia yang
sesungguhnya sehingga wadah IMM menjadi wadah penggodokan yang dewasa dan
kritis, tetapi tidak boleh merasa paling benar atau saling menyalahkan.
Di IMM
sendiri terdapat Trikompetensi Dasar yaitu Religiusitas, humanitas dan
intelektualitas yang seirama dengan Tridharma Perguruan Tinggi. Sekaligus setujuan
dengan amanat pembukaan Undang-undang Dasar 1945 di dalam alinea-IV “…..mencerdaskan
kehidupan bangsa…” Solusi yang tepat terutama mereka yang tergabung di
dalam IMM, sebuah bentuk inklusifitas dan merupakan wajah toleransi
Muhammadiyah ketika yang akan bergabung menjadi Kader IMM tentu tidak dibeda-bedakan
dari latar belakang orang tersebut, tidak ada diskriminasi kepada mahasiswa
yang memiliki latar belakang berbeda (Tidak harus dari keluarga muhammadiyah).
Kegiatan
IMM adalah kegiatan yang menggembirakan sehingga sudah seharusnya kader-kader
IMM memiliki tugas untuk meluruskan kiblat kampus menjadi akademia value. Buya
Syafi’I pernah berpesan kepada IMM bahwa “Saya
berharap anak-anak muda IMM ini harus punya intelektual kelas satu. Harus rakus
membaca. Pemikir itu jumlahnya tidak besar, tapi perlu. Kuasai bahasa asing:
Arab, Inggris, Jepang. Itu bisa. Anda bisa. Saya sudah terlambat. Agus
Salim menguasai 9 bahasa asing. Tan Malaka juga seperti itu,” Memulai berkegiatan di IMM seperti
kerja-kerja organisasi, melakukan kajian penelitian dan diskusi lintas keilmuan,
pengabdian kepada masyarakat, hal-hal religiusitas, seni budaya dan olahraga, penyelenggaraan
kepanitiaan kota hingga nasional, hubungan relasi yang luas dan masih banyak lainnya,
tentu pengalaman ini sangat dibutuhkan demi sumber daya manusia yang unggul.
Ketakutan
akan nilai kurang dalam perkuliahan, tidak bisa membagi waktu, dan berbagai
hal-hal klise lain mulai sekarang sudah sepantasnya paradigma tersebut dibuang
jauh. Kehidupan Kampus bukan hanya dari gedung-gedung kampus itu saja, makna ini
harus kita gali lebih luas lagi untuk menemuka apa hakikat dari kehidupan
kampus sebenarnya. Bermahasiswa S1 hanya beberapa tahun, setelah itu akan
kembali lagi ke masyarakat. Maka sebelum kembali lagi ke masyarakat kapasitas
selama mahasiswa harus diasah, melanjutkan ke pendidikan tinggi adalah untuk
mencari ilmu bukanlah untuk mencari kepastian pekerjaan yang diinginkan, karena
pekerjaan yang diinginkan itu nasib.
Untuk
mengubah nasib dan masa depan bangsa harus mulai dirancang sejak dini. Tidak
bisa ketika cara belajar kita yang hanya mengacu terhadap text book. Di
masyarakat tentu seseorang lulusan perguruan tinggi siap berkolaborasi lintas
disiplin keilmuan dan akan menemukan permasalahan yang kompleks sehingga
penyelesaian masalah secara komprehensif yang harus dilakukan.
Pengalaman-pengalaman bermanfaat selama bermahasiswa wajib diperkaya
sebanyak-banyaknya.
IMM Jaya!
Abadi
Perjuangan
Penulis:
Wahyu Jatmiko Aji – Ketua Umum PC IMM Ahmad Dahlan Surakarta 2023/2024