Halo IMMawan/ti Selamat Datang!. Informasi Kami.

Ramadan di Perlintasan Zaman (Jurnal Ramadan #1)

Bak sebuah bahtera yang mengarungi Samudra, kehidupan dunia suatu saat akan terus mengalami berbagai perubahan. Bahtera yang terus berlayar dengan gagahnya seakan menghilang kewibawaaannya. Sebagaimana kehidupan dunia yang seakan semakin hilang ajaran manusia yang mulia. Nahkoda yang telah berlayar mengarungi Samudra lambat laun akan segera tergantikan oleh generasinya. Sudah terasa sejak kami menginjak dewasa betapa cepatnya waktu berlalu, betapa besar peubahan yang dirasakan yang selalu membuatku merasa pilu.

Di era yang samakin modern ini memaksa kita untuk tetap mengikuti perubahan zaman. Dahulu kala kita masih kecil selalu diwarnai dengan tangis dan tawa dari sebuah permainan yang selalu membuatku menikmati masa kecilku. Namun, kini zaman telah berubah, generasi sudah berbeda. Anak kecil sudah tau era digital daripada orang tuanya.

Mereka tersenyum dan tertawa sendiri didepan cermin sambal duduk bermalas-malasan. Sebuah barang yang cukup kecil untuk bisa masuk dalam kantong tetapi harganya yang cukup mencekik kantong orang tuanya. Hampir semua anak sekarang paling tidak pernah memeganggnya. Di dalamnya terdapat berbagai layanan yang membuat anak semakin candu bahkan lebih memambukkan dari sebuah lagu ataupun senyumanmu.

Yaaah memamang benar, tidak semuanya mengandung unsur negatif ada juga kok yang baik jika digunakan dengan bijak. Kenalkan nama jadulnya telepon genggam karna hanya seukur genggaman tangan, namun saat ini namanya berubah agak keren jadi gadget atau gawai, tapi lucunya Pak ustadz dikampungku menyebutnya dengan setan gepeng. Nah kira-kira apa sih dampak adanya dia apalagi dimasa saat ini, waktu moment Ramadhan sedang berlangsung.

Saya pribadi juga tidak munafik juga sih karna ya saya juga salah satu pemakainya. Namun kegelisahanku berawal dari sebuah kejadian atau fenomena masyarakat yang saat ini yang cukup miris kalo didengar. Bagaimana tidak anak jaman sekarang kalo minta jajan bukannya makanan atau mainan wakju jaman kita dulu, tapi minta top up untuk sebuah permainan game di gadget mereka.

Ada yang lebih miris lagi ketika mendengar korban bahwa ada seorang anak yang berani mengambil uang milik orang tuanya tanpa izin dalam jumlah jutaan tapi digunakan anak itu hanya untuk sebuah game di gadget saja, nah bukannya kasihan tuh orang tuanya susah payah cari uang, ujungnya Cuma buat kaya gitu yang lebih banyak keburukannya dibanding manfaatnya.

Jika dihubungkan dengan moment bulan Ramadhan seharusnya di bulan itu banyak diantara kita sebagai umat muslim sejatinya semakin banyak mengerjakan amalan ibadah ataupun amalan kebaikan lainnya karna pahala yang diberikan dijanjikan oleh Allah akan dilipatgandakan berbeda dengan di bulan lainnya. Maka wajar ketika jaman kita kecil dulu selalu disibukkan dengan belajar ilmu agama, tadarus Al-Qur’an tiap malam setelah tarawih, yang biasanya bolong sholatnya bisa jamaah di masjid dari subuh sampai dengan sholat tarawih, lanjut paginya sekolah dan pulang sekolah ngaji di TPA/TPQ (Taman Pnedidikan Al-Qur’an) sampai buka puasa selalu dihiasi dengan hal-hal yang begitu bermanfaat.

Namun betapa mirisnya anak jaman sekarang dari mulai pagi bangun tidu hingga tidur lagi dimalam hari hanya disibukkan dengan gadget. Sibuknya sih bukan seperti orang dewasa yang memang untuk kebutuhan kerja atau sekedar komunikasi, tapi mereka disibukkan dengan bermain game atau dalam sosial media. Bahkan di masa pandemi saat ini yang memaksa pembelajaran dalam sekolah harus dengan media digital yang akhirnya seluruh metode pembelajaran dialihkan ke gadget yang akhrinya memberikan pengaruh yang kurang baik apabila kurang pengawasan dari orang tua.

Tidak jarang dari mereka ketika sedang berlangsung pembelajaran justru waktu digunakan untuk bermain game dan tidak menyimak penjelasan dari gurunya. Sama halnya ketika sekarang yang biasanya setelah tarawih ada tadarus Al-Qur’an di masjid mereka membaca hanya sedikit karna ingin segera bermain dengan gedgetnya.

Jika harusnya lebih banyak membaca Al-Qur’an daripada bermain gadget justru ini malah terbalik. Wajar saja ketika Pak ustadz bilang kalo ini setan gepeng karna sama-sama mengganggu dan menggoda unuk selalu berpaling dari amalan baik dan menjerumuskan kita ke amalan yang buruk. Nah dengan moment inilah yang saat masa pandemi ditambah lagi dengan maraknya gadget yang membuat anak semakin malas itu saya rasa sangat miris karna merasa moment Ramadhan semakin hilang dan semakin hampa karna tergerus oleh peradaban zaman.

Di sisi lain dari dampak adanya game di gedet ada juga dampak dari sosial media yang cukup meresahkan ketika mendengarnya. Teknologi informasi yang saat ini sangat cepat dan sangat mudah siapa saja dapat mengaksesnya berdampak juga terhadap prilaku negative masyarakat termasuk anak-anak yang menjadi korbannya. Sebagai contoh baru-baru ini beredar berita mengenai tawuran remaja dengan menggunakan sarung. Bermula dari sebuah perlombaan perang sarung yang disebarluaskan melalui media yang akhirnya berdampak merabak di berbagai daeran yang menyelenggarakan perlombaan tersebut.

Yang kedua adanya fenomena perang petasan atau kembang api yang memicu juga merabak di berbagai daerah pula. Walaupun kelihatannya sepele akhirnya ada beberapa kasus yang memicu adanya tawuran yang cukup anarkis antar remaja yang notabene mereka adalah remaja yang masih duduk dibangku sekolah. Semacam itulah dampak dari gedget di kehidupan saat ini.

Apabila kita melihat kejadian-kejadian tadi seharusnya kita harus menghimbau agar kejadian tersebut tidak terulang Kembali. Sudah saatnya waktu moment Ramadhan ini kita gunakan untuk sebaik-baiknya memperbanyak amal sholeh, bukan waktu untuk bersantai yang akhirnya kita kehilangan moment emas ini, sudah saatnya kita rebut Kembali kemualiaan bulan suci ini dan jangan sampai generasi penerus kita terus terjerumus dalam jurang kebodohan yang dibawa oleh peradaban zaman.

Maka dari itu mumpung moment Ramadhan ini belum berakhir maka persoalan ini menjadi tugas kita sebagai seorang pemuda yang harus bisa memberikan contoh dan arahan yang baik kepada adik-adiknya. Entah bagaimanapun caranya supaya anak-anak disekitar kita tahu sejatinya moment Ramadhan itu harus digunakan untuk apa, bisa mempersembahkan sebuah amalan yang terbaik di bulan suci ini, karna kalo kita hingga saat ini hanya berdiam saja ketika melihat kebatilan maka kita juga akan mendapatkan dosa, sehingga ayolah kita kembalikan moment Ramadhan ini ke masa jayanya seperti zaman dulu.

Memang bukan menjadi tugas kita sendiri untuk mengatasi persoalan ini tetapi juga peran orang tua yang seharusnya menjadi madrasah bagi anak-anaknya lah yang sangat dibutuhkan untuk bisa membentuk generasi penerus yang sholeh dan sholehah. Dan akhirnya mau tidak mau kita harus mempersiapkan generasi penerus kita nanti, jangan sampai anak cucu kita kelak menjadi korban dari kebodohan zaman. Karna menurut saya generasi emas bukanlah generasi yang mempu memberikan prestasi yang gemilang namun generasi emas adalah mereka yang mempu mencetak generasi penerus yang lebih maju dari apa yang telah mereka kerjakan.

Maka dari itu harapannya adalah mari kita gelorakan semangat baru untuk terus berupaya dalam mencetak generasi penerus yang lebih hebat baik secara akademis, agamis, sosialis serta anggun dalam moral dan unggul dalam intelektual.

Oleh: Ghofir Surya Pranata
PC IMM Ahmad Dahlan Surakarta

1 komentar

  1. What is casino in the USA? - DrmCD
    The 충청남도 출장안마 casino, located in Reno, Nevada, is the 속초 출장마사지 most 전라북도 출장마사지 popular casino 동해 출장샵 in the United States and is located in a hotel and resort in Las 논산 출장안마 Vegas,
Akses seluruh artikel dengan mudah melalui smartphone!