Bak sebuah bahtera yang mengarungi Samudra, kehidupan dunia suatu
saat akan terus mengalami berbagai perubahan. Bahtera yang terus berlayar
dengan gagahnya seakan menghilang kewibawaaannya. Sebagaimana kehidupan dunia
yang seakan semakin hilang ajaran manusia yang mulia. Nahkoda yang telah
berlayar mengarungi Samudra lambat laun akan segera tergantikan oleh
generasinya. Sudah terasa sejak kami menginjak dewasa betapa cepatnya waktu
berlalu, betapa besar peubahan yang dirasakan yang selalu membuatku merasa pilu.
Di era yang samakin modern ini memaksa kita untuk tetap mengikuti perubahan zaman. Dahulu kala kita masih kecil selalu diwarnai dengan tangis dan tawa dari sebuah permainan yang selalu membuatku menikmati masa kecilku. Namun, kini zaman telah berubah, generasi sudah berbeda. Anak kecil sudah tau era digital daripada orang tuanya.
Mereka tersenyum dan tertawa sendiri didepan cermin
sambal duduk bermalas-malasan. Sebuah barang yang cukup kecil untuk bisa masuk
dalam kantong tetapi harganya yang cukup mencekik kantong orang tuanya. Hampir
semua anak sekarang paling tidak pernah memeganggnya. Di dalamnya terdapat berbagai
layanan yang membuat anak semakin candu bahkan lebih memambukkan dari sebuah
lagu ataupun senyumanmu.
Yaaah memamang benar, tidak semuanya
mengandung unsur negatif ada juga kok yang baik jika digunakan dengan bijak. Kenalkan nama jadulnya telepon genggam karna hanya seukur genggaman
tangan, namun saat ini namanya berubah agak keren jadi gadget atau gawai, tapi
lucunya Pak ustadz dikampungku menyebutnya dengan setan gepeng. Nah kira-kira
apa sih dampak adanya dia apalagi dimasa saat ini, waktu moment Ramadhan sedang
berlangsung.
Saya pribadi juga tidak munafik juga sih karna ya saya juga salah
satu pemakainya. Namun kegelisahanku berawal dari sebuah kejadian atau fenomena
masyarakat yang saat ini yang cukup miris kalo didengar. Bagaimana tidak anak
jaman sekarang kalo minta jajan bukannya makanan atau mainan wakju jaman kita
dulu, tapi minta top up untuk sebuah permainan game di gadget mereka.
Ada yang lebih miris lagi ketika mendengar korban bahwa ada seorang
anak yang berani mengambil uang milik orang tuanya tanpa izin dalam jumlah
jutaan tapi digunakan anak itu hanya untuk sebuah game di gadget saja, nah
bukannya kasihan tuh orang tuanya susah payah cari uang, ujungnya Cuma buat
kaya gitu yang lebih banyak keburukannya dibanding manfaatnya.
Jika dihubungkan dengan moment bulan Ramadhan seharusnya di bulan
itu banyak diantara kita sebagai umat muslim sejatinya semakin banyak
mengerjakan amalan ibadah ataupun amalan kebaikan lainnya karna pahala yang
diberikan dijanjikan oleh Allah ﷻ akan dilipatgandakan
berbeda dengan di bulan lainnya. Maka wajar ketika jaman kita kecil dulu selalu
disibukkan dengan belajar ilmu agama, tadarus Al-Qur’an tiap malam setelah
tarawih, yang biasanya bolong sholatnya bisa jamaah di masjid dari subuh sampai
dengan sholat tarawih, lanjut paginya sekolah dan pulang sekolah ngaji di
TPA/TPQ (Taman Pnedidikan Al-Qur’an) sampai buka puasa selalu dihiasi dengan hal-hal
yang begitu bermanfaat.
Namun betapa mirisnya anak jaman sekarang dari mulai pagi bangun
tidu hingga tidur lagi dimalam hari hanya disibukkan dengan gadget. Sibuknya
sih bukan seperti orang dewasa yang memang untuk kebutuhan kerja atau sekedar
komunikasi, tapi mereka disibukkan dengan bermain game atau dalam sosial media.
Bahkan di masa pandemi saat ini yang memaksa pembelajaran dalam sekolah harus
dengan media digital yang akhirnya seluruh metode pembelajaran dialihkan ke
gadget yang akhrinya memberikan pengaruh yang kurang baik apabila kurang
pengawasan dari orang tua.
Tidak jarang dari mereka ketika sedang berlangsung pembelajaran
justru waktu digunakan untuk bermain game dan tidak menyimak penjelasan dari
gurunya. Sama halnya ketika sekarang yang biasanya setelah tarawih ada tadarus
Al-Qur’an di masjid mereka membaca hanya sedikit karna ingin segera bermain
dengan gedgetnya.
Jika harusnya lebih banyak membaca Al-Qur’an daripada bermain
gadget justru ini malah terbalik. Wajar saja ketika Pak ustadz bilang kalo ini
setan gepeng karna sama-sama mengganggu dan menggoda unuk selalu berpaling dari
amalan baik dan menjerumuskan kita ke amalan yang buruk. Nah dengan moment
inilah yang saat masa pandemi ditambah lagi dengan maraknya gadget yang membuat
anak semakin malas itu saya rasa sangat miris karna merasa moment Ramadhan
semakin hilang dan semakin hampa karna tergerus oleh peradaban zaman.
Di sisi lain dari dampak adanya game di gedet ada juga dampak dari
sosial media yang cukup meresahkan ketika mendengarnya. Teknologi informasi
yang saat ini sangat cepat dan sangat mudah siapa saja dapat mengaksesnya berdampak
juga terhadap prilaku negative masyarakat termasuk anak-anak yang menjadi
korbannya. Sebagai contoh baru-baru ini beredar berita mengenai tawuran remaja
dengan menggunakan sarung. Bermula dari sebuah perlombaan perang sarung yang
disebarluaskan melalui media yang akhirnya berdampak merabak di berbagai daeran
yang menyelenggarakan perlombaan tersebut.
Yang kedua adanya fenomena perang petasan atau kembang api yang memicu juga merabak di berbagai daerah pula. Walaupun kelihatannya sepele akhirnya ada beberapa kasus yang memicu adanya tawuran yang cukup anarkis antar remaja yang notabene mereka adalah remaja yang masih duduk dibangku sekolah. Semacam itulah dampak dari gedget di kehidupan saat ini.
Apabila kita melihat
kejadian-kejadian tadi seharusnya kita harus menghimbau agar kejadian tersebut
tidak terulang Kembali. Sudah saatnya waktu moment Ramadhan ini kita gunakan
untuk sebaik-baiknya memperbanyak amal sholeh, bukan waktu untuk bersantai yang
akhirnya kita kehilangan moment emas ini, sudah saatnya kita rebut Kembali
kemualiaan bulan suci ini dan jangan sampai generasi penerus kita terus
terjerumus dalam jurang kebodohan yang dibawa oleh peradaban zaman.
Maka dari itu mumpung moment Ramadhan ini belum berakhir maka persoalan ini menjadi tugas kita sebagai seorang pemuda yang harus bisa memberikan contoh dan arahan yang baik kepada adik-adiknya. Entah bagaimanapun caranya supaya anak-anak disekitar kita tahu sejatinya moment Ramadhan itu harus digunakan untuk apa, bisa mempersembahkan sebuah amalan yang terbaik di bulan suci ini, karna kalo kita hingga saat ini hanya berdiam saja ketika melihat kebatilan maka kita juga akan mendapatkan dosa, sehingga ayolah kita kembalikan moment Ramadhan ini ke masa jayanya seperti zaman dulu.
Memang bukan menjadi tugas kita sendiri untuk mengatasi persoalan ini tetapi juga peran orang tua yang seharusnya menjadi madrasah bagi anak-anaknya lah yang sangat dibutuhkan untuk bisa membentuk generasi penerus yang sholeh dan sholehah. Dan akhirnya mau tidak mau kita harus mempersiapkan generasi penerus kita nanti, jangan sampai anak cucu kita kelak menjadi korban dari kebodohan zaman. Karna menurut saya generasi emas bukanlah generasi yang mempu memberikan prestasi yang gemilang namun generasi emas adalah mereka yang mempu mencetak generasi penerus yang lebih maju dari apa yang telah mereka kerjakan.
Maka dari itu harapannya adalah mari kita gelorakan semangat baru untuk terus berupaya dalam mencetak generasi penerus yang lebih hebat baik secara akademis, agamis, sosialis serta anggun dalam moral dan unggul dalam intelektual.
PC IMM Ahmad Dahlan Surakarta
