Tapi sebenarnya, budaya nongki/nongkrong ini bukan hal yang baru. Ini sudah terjadi dalam sejarah peradaban, karena manusia selalu punya kecenderungan untuk berkumpul dan berbagi cerita.
Jika kita melihat pada masa Yunani Kuno, orang-orang nongki di agora, ruang publik tempat berdiskusi soal politik dan filsafat. Jika kita lihat dalam dunia Islam, ada majlis ilmu di masjid atau pada warung warung di Damaskus tempat para pedagang, ulama, dan musafir bertukar gagasan. Jika kita tarik pada Eropa, dengan secangkir kopi dan tongkrongan melahirkan revolusi seperti revolusi Perancis. Bahkan jika tarik pada zaman kemerdekaan Indonesia, tokoh-tokoh pahlawan seperti Seokarno, Moh Hatta, Tan Malaka, dan lain-lain. Mereka merumuskan gagasan revolusi dari warung, asrama, hingga pada sudut-sudut kecil perantauan.
Namun, jika melihat "nongki" sekarang, kebanyakan bukan membahas atau berdiskusi soal ide, gagasan, atau kritik. Melainkan sekedar berkumpul untuk bermain game online, membuat video aesthetic, joget-joget, dan lainnya.
Jika kita lihat secara sekilas, masih ada kekuatan atau harapan yang tampak pada nongkrong zaman sekarang. Ini hanya berbicara peralihan ekspansi, yang dulu tentang ekspansi wilayah mungkin sekarang ekspansi-eksistensi. Karena kebanyakan fenomena sekarang nongkrong tidak hanya sekedar pelarian, tapi ditangan pemuda kreatif, nongkrong bisa jadi tempatnya membangun bisnis, komunitas, konten yang berkualitas, bahkan tim sukses politik ala-ala tongkrongan.
Nongkrong hari ini mungkin tidak berbicara soal bagaimana menaklukkan dunia, tapi cara menenangkan diri dari dunia yang menaklukkan kita. Bukan berbicara soal merebut suatu wilayah, tapi merebut ruang mental. Bukan menaklukkan bangsa, tapi menaklukkan kecemasan. Bukan merubah peta dunia, tapi merubah peta hidup secara pelan-pelan.
Untuk menutup tulisan ini ada sebuah kalimat yang saya dapatkan dalam tongkorongan kurang lebih begini “Jangan terlalu khawatir akan masa depan, tapi khawtirlah pagimu kesiangan." -Bung Miko.
Semoga bermanfaat.
Penulis : Hafizt Ayatollah
Demisioner Ketua Umum Pimpinan Cabang IMM Ahmad Dahlan Kota Surakarta
Image created by ai