Halo IMMawan/ti Selamat Datang!. Informasi Kami.

"HEGEMONI ORGANISASI EKSTERNAL DALAM DINAMIKA KAMPUS."

Hegemoni Organisasi Eksternal dalam Dinamika Kampus.
Oleh Asriel Hakiki

Kampus idealnya menjadi ruang reproduksi ilmu pengetahuan yang otonom, tempat mahasiswa mengasah intelektualitas, membangun budaya kritis, serta mengembangkan potensi diri secara bebas. Namun dalam realitas tertentu, ruang kampus sering kali tidak steril dari intervensi dan dominasi kelompok tertentu. Kehadiran organisasi eksternal mahasiswa, pada dasarnya, merupakan hal wajar dan bahkan potensial dalam mendukung proses kaderisasi. Akan tetapi, masalah muncul ketika satu organisasi memperoleh dominasi berlebihan hingga menjadikan kampus seakan-akan milik mereka semata.
Dominasi dan Hegemoni.
Dominasi satu organisasi atas dinamika kampus menciptakan bentuk hegemoni yang berbahaya. Hegemoni ini tidak hanya tampak dalam aktivitas organisasi formal maupun informal, tetapi juga merasuk dalam ruang pengambilan keputusan, pembentukan opini, hingga alokasi kesempatan. Kampus yang seharusnya menjadi arena terbuka bagi pluralitas gagasan, akhirnya direduksi menjadi ruang sempit yang hanya menampung narasi tunggal. Fenomena ini berimplikasi langsung pada matinya keragaman ide, hilangnya iklim diskusi yang sehat, serta berkurangnya peluang bagi organisasi lain untuk berkontribusi secara setara.

Dampak terhadap Mahasiswa dan Kampus.
Dampak paling nyata dari monopoli ini adalah menurunnya kualitas dialektika mahasiswa. Budaya kritis yang seharusnya tumbuh di kalangan mahasiswa justru tergantikan oleh budaya loyalitas buta terhadap kelompok tertentu. Mahasiswa diarahkan untuk mengikuti garis besar organisasi dominan, bukan lagi berpikir secara independen. Akibatnya, kampus gagal melahirkan insan akademis yang merdeka dan progresif, melainkan hanya kader-kader yang terikat kepentingan politik eksternal.

Selain itu, dominasi ini juga berpotensi melemahkan fungsi kampus sebagai ruang inklusif. Mahasiswa yang tidak sejalan dengan arus organisasi dominan sering kali mengalami marginalisasi, baik secara halus maupun terang-terangan. Hal ini menimbulkan ketimpangan dalam kehidupan kemahasiswaan dan mencederai prinsip kesetaraan yang seharusnya menjadi roh dari kehidupan akademik.

Tantangan bagi Otonomi Kampus.
Fenomena ini menimbulkan pertanyaan serius mengenai otonomi kampus. Jika kampus terlalu dikuasai oleh kepentingan eksternal, maka sulit membayangkan lahirnya kebijakan dan dinamika yang benar-benar berpihak pada mahasiswa secara keseluruhan. Otonomi kampus terancam, karena keputusan-keputusan strategis sering kali dibayang-bayangi oleh dominasi satu organisasi. Padahal, kampus semestinya menjadi ruang netral yang menempatkan semua mahasiswa dalam posisi yang setara tanpa intervensi hegemonik.

Penutup.
Kritik terhadap dominasi tunggal ini bukanlah bentuk penolakan terhadap keberadaan organisasi eksternal. Justru sebaliknya, keberagaman organisasi dapat memperkaya dinamika kampus jika berjalan dalam kerangka sehat dan setara. Namun ketika satu organisasi terlalu dominan, maka yang lahir bukan lagi kompetisi gagasan, melainkan monopoli kekuasaan. Oleh karena itu, penting bagi civitas akademika untuk merevitalisasi ruang kampus sebagai arena dialektika yang terbuka, demokratis, dan bebas dari hegemoni satu kelompok. Hanya dengan cara itu, kampus dapat kembali pada fungsinya sebagai rumah intelektual yang merdeka dan progresif.

IMM?! Jaya!, IMM?! Jaya!, IMM?! Jaya!....
Abadi Perjuangan!!!

Penulis: Asriel Hakiki Kabid Organisasi PC IMM Ahmad Dahlan Kota Surakarta.
Editor: Bidang RPK PC IMM Ahmad Dahlan Kota Surakarta 

Posting Komentar

Akses seluruh artikel dengan mudah melalui smartphone!