Halo IMMawan/ti Selamat Datang!. Informasi Kami.

Membedah Sejarah, Meneladani Pahlawan



Selama banteng-banteng Indonesia masih mempunyai darah merah yang dapat membuat secarik kain putih menjadi merah dan putih, selama itu kita tidak akan mau menyera hkepada siapapun juga. (Bung Tomo)

10 November 1945 merupakan hari bersejarah bagi bangsa Indonesia. Dimana Bangsa Indonesia pada saat itu baru saja selesai memproklamasikan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945. Prokalamasi kemerdekaan Bangsa Indonesia yang menjadi  simbol akan lahirnya suatu Bangsa baru mandiri dan merdeka. Proklamasi kemerdekaan adalah sebuah momentum yang dinanti nanti oleh seluruh rakyat indonesia Sejak lama nan akhirnya terkabulkan setelah Belanda menyerah tanpa syarat kepada kolonial jepang pada pertengahan taghun 1941 yang kemudian pada akhirnya Jepang juga menyerah kepada Bangsa Indonesia tanpa syarat akibat kekalahan jepang di dalam perang dingin yang pada saat itu kota Hirosima dan Nagasaki terjadi pengeboman yang sedang terjadi oleh pihak Amerika.

Bukan soal Belanda dan Jepang menyerah tanpa syarat yang harus di jadikan pokok pembicaraan. Namun bagai mana proses dan perjuangan Bangsa Indonesia khususnya kaum-kaum muda yang memiliki jiwa dan semangat heroisme mengusir penjajah saat itulah yang harus di ketahui dan di ambil pelajaran.

Rindu akan sebuah bangsa yang merdeka, bebas dan tanpa tekanan dari pihak manapun itulah yang menjadi cikal kesadaran kolektif masyarakat Indonesia terkhusus kaum muda Indonesia akan semangat nasionalisme bangsanya. Perjuangan menjemput rindu yang di motori kaum muda bermula pada tahun 1908 yang kemudian berjalan sampai tahun 1928 telah melahirkan sebuah gagasan akan kelahiran suatu bangsa yang di kenal dengan sumpah pemuda. Isinya sebagai berikut :

"Sumpah Pemuda"

Kami poetra dan poetri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia.
Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia.
Kami poetra dan poetri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.

Setelah lahirnya sumpah pemuda yang menjadi dasar perjuangan menejemput rindu akan sebuah bangsa yang merdeka masih terus berlanjut sampai menemui puncak kerinduanya, yakni pada tanggal 17 agustus 1945.  Namun perjuangan saat itu di rasa belum selesai. Masyarakat Indonesia lagi lagi harus menunjukan kekuatanya. Masyarakat Indonesia kembali berkumpul di Surabaya.

Tepat pada tanggal 10 November 1945 meletuslah sebuah perang fisik antara masyarakat Indonesia yang di nahkodai oleh Soetomo yang kerap di panggil akrab Bung Tomo berjuang dengan kolonial Belanda yang membangkang mengibarkan bendera Belanda di atap tertinggi hotel Yamato Surabaya. Dianggap menjadi sebuah penghinaan bagi rakyat Indonesia yang mana proklamasi yang telah di deklarasikan oleh Presiden Ir. Soekarno tak dihargai atau seperti tak di anggap dengan adanya pengibaran bendera Belanda di atap tertinggi hotel Yamato yang sekarang berganti nama menjadi hotel majapahit di jl.tunjangan surabaya.

Mula-mula masyarakat Indonesia tidak menginginkan terjadinya sebuah kontak fisik. Masyarakat indonesia mengirimkan beberapa orang agar merundingkan mengenai pengibaran bendera merah putih biru agar di turunkan. Mengingat hal sedemikian itu dirasa menganggu dan menyebabkan munculnya kemarahan dari rakyat indonesia yang baru beberapa bulan mendeklarasikan kemerdekaanya.

Jalur perundingan itulah yang di tempuh pertama kali oleh masyarakat Indonesia. Namun kolonial Belanda masih membangkang dan dengan enggan untuk menurunkan bendera saat diminta dengan baik baik. Terjadilah sebuah kegaduhan dalam perundingan penurunan bendera itu yang masing masing menewaskan orang di dalamnya.

Kegaduhan dalam perundingan yang terjadi terdengar sampai luar dan di susulnya dengan keluarnya delegasi perundingan yang mengisyaratkan kondisi sedang tidak baik baik saja. Kemudian meletuslah kontak fisik antara masyarakat Indonesia dengan kolonial Belanda yang pada saat itu di pimpin oleh A.W.S Malaby yang pada saat itu sedang perjalanan menuju hotel Yamato di cegat dan di bunuh oleh heroisme Indonesia yang sampai detik ini belum di ketahui identitasnya.

Kontak fisik yang terjadi dapat di katakan tidak berimbang. Dimana masyarakat Indonesia yang hanya bersenjatahkan bambu runcing dan senjaata seadanya melawan pesawat tempur dan senjata moderen yang di miliki oleh kolonial.

Jika di logika, kemenangan nampak pada pihak kolonial. Namun perang atau kontak fisik bukaan berbicaara logika. Maka pada saat itu logika tidak di butuhkan untuk menerka siapa yang menang dan siapa yang kalah. Namun kegigihan dan optimisme kemenaganlah yang menjadi penentu. Kontak visik itupun akhirnya di menagkan oleh rakyat indonesia deang di sobeknya warna biru yang kemudian menjadi benderah merah dan putih.

Back to basick, mengenai apa yang harus di lakukan dan di miliki oleh kaum muda Indonesia hari ini ialah belajar dari kaum kaum mudah pendahulunya. Kaum mudah tidak boleh menyerah apalagi sampai putus asa. Kaum mudah juga tidak boleh pesimis melihat keadaan yang ada. So para pemuda dan heroisme Indonesia tempo dahulu juga lahir di waktu kondisi dan suasana yang sedang susah dan genting gentingnya. Pnjajah serta pemimpun tempo itupun masih teramat kejam.

Kaum mudah hari ini harus belajar dri pendhulu, lebih tepatnya dalam hal perjuangan. Kaum muda tidak boleh menjadi pecundang dan cuek dalam situasi apapun dan bagaimanapun keadaanya, jiwa kaum mudah yang pelopor dan heroisme tidak boleh redup walaupun sedikit.

Demikian isi diskuisi yang di langsungkan oleh  PC IMM Ahmad Dahlan Kota Surakarta dalam rangka memperingati Hari Pahlawan. Membedah Sejarah para kaum muda pendahulu bukan untuk beromantisme denganya. Melainkan untuk move on dan melakukan kegiatan kegiatan progresif mendatang. Dilaksanakan pada hari Senin, 11 November 2019 di Sekretariat IMM.

- M. Arief Efendi & Deva Tri Alfiana-
#abadi_perjuangan
#membaca_itu_candu
#diskusi_itu_aksi

Posting Komentar

Akses seluruh artikel dengan mudah melalui smartphone!