Bulan Ramadhan merupakan bulan Istimewa bagi umat Islam, berlimpah ruah nikmat dan pahala bisa didapatkan, dosa dosa dosa bisa dilebur dengan mudah, pintu surga dibuka selebar lebarnya, dan para setan dibelenggu oleh Nya. Bulan Romadhon adalah bulan bagi orang orang muslim untuk mencapai taqwa, yaitu orang orang yang taat pada Allah, tidak bermaksiat, dan senantiasa mengingat serta Bersyukur kepadaNya.
Memaknai Bulan Romadhon bagi umat muslim merupakan memaknai Arti Berpuasa yaitu menahan diri, memaknai sebuah kesabaran dan kesederhanaan dengan Artian tidak Berlebih lebihan atau memaksakan sesuatu hal yang sudah ditetapkan, Amalan Amalan dapat dikejar dengan segan, Sholat Terawih, Tadaraus Al Qur'an ataupun amalan amalan baik untuk mencapai taqwa dan kekuatan Iman, Namun untuk mencapai Amalan Amalan yang akan dicapai dalam sebuah bingkai Iman dan Taqwa haruslah dicapai dengan jalan yang saling menguntungkan dan tidak memberatkan.
Dalam Berpuasa yang artinya adalah menahan adalah untuk menahan tidak makan dan tidak minum dari terbit fajar sampai terbenamnya matahari juga menahan melakukan maksiat, namun ada satu hal yang tidak boleh kita tahan dalam berpuasa, yaitu kepedulian, kepedulian dengan lingkungan sekitar ataupun kepedulian sosial lainnya, menahan kepedulian itu artinya menahan agar tidak memperhatikan, tidak melihat ataupun tidak mendengar keadaan ataupun lingkungan sekitar.
Di Sore Penghujung Ramadhan padatnya jalan tak bisa disepelekan, lalu lalang setiap sore untuk mencari jajanan, ataupun rencana rencana dan wacana buka bersama di restoran semakin padat menjelang hari kemenangan, namun di padatnya dan luasnya rahmat yang diberikan dibulan romadhan, ada sudut lain yang jarang sekali orang orang perhatikan, yaitu orang orang para penyaji makanan atau waitters yang ada di restoran atau warung warung rumahan, saat buka bersama orang orang pastilah mau cepat cepat agar makanan segera datang, dapat berbuka dengan kenyang, dan tidak jarang protes untuk segera disediakan dengan tameng amalan menyegerakan berbuka adalah sesuatu yang di sunnahkan, namun disisi lain para penyedia makanan itu kelimpungan dengan pembeli merayap yang minta untuk segera disediakan, protes protes kekurangan, dan ocehan ocehan untuk minta didahulukan, padahal satu hari penuh para pekerja di restoran atau warung warung itu juga menahan lapar, seharian memasak makanan untuk diperjual belikan, dan kemudian masih lagi tuntutan dan ocehan para pembeli yang memang harus dilayani itu untuk segera mendapatkan pesanan.
Jika berpuasa berarti menahan, Pada saat itu, apakah para pembeli juga puasa peduli ? Memilih mengedepankan ego mereka dengan minta buru buru, adakah sebersit pertanyaan apakah para waitters atau penjual itu juga sudah berbuka ?
Bagi para pembeli, mungkin itu sudah menjadi kewajiban pekerja di restoran ataupun warung warung untuk menyediakan sesegera mungkin masakan yang mereka pesan dan memberikan pelayanan dengan baik, karna pembeli adalah raja, dan mereka membayarnya, namun dalam hal ini menjadi sangat berat bertubi tubi bagi para penjual ataupun waitters itu sendiri, yang mereka juga berpuasa, sama sama menahan lapar, dan menunggu berbuka, juga mengharap amalan amalannya, namun adanya tuntutan ekonomi yang harus dijalani, yang dimana segalanya tidak bisa datang sendiri dengan selonjoran kaki, mereka membutuhkan pundi pundi untuk kehidupan yang di tapaki.
Sedangkan Bagi para penjual, pertanyaan apakah sudah berbuka atau belum bisa menjadi penghargaan, dan mau menunggu sabar sesuai pesanan adalah sebuah hal yang meringankan beban dan sangat diharapkan ditengah tengah syukur atas rejekinya didapatkan.
Mereka bersyukur dengan pembeli yang tumpah ruah, ditengah fisik yang payah, semoga ego bisa sedikit diturunkannya agar tidak memaksakan dan memberatkan sesamanya, menjadi manusia yang memanusiakan manusia dibulan yang indah sampai esok kemenangan telah tiba, Semoga Bisa kembali di Ramadhan tahun berikutnya.
PK IMM Ahzar Basyir