Halo IMMawan/ti Selamat Datang!. Informasi Kami.

Diagnosis Kegagalan Dewasa IMM Menjelang Milad IMM ke-60: Menggagas Futuristik IMM

 


 

 

Zaman yang semakin modern adalah tantangan perkaderan. Bagaimana tidak melihat realitas yang terjadi di Negara Indonesia adalah banyak terjadi hal-hal yang di luar dugaan mulai dari sisi ekonomi, hukum, kesehatan, agraria, teknologi informas dan lain sebagainya. Mengapa hal ini menjadi tantangan perkaderan? Karena kita akan berbicara IMM Masa depan dengan segala lika-liku perkembangan zaman.


 

Diagnosis hari ini kita kaji melalui 2 (dua) sudut pandang yaitu melihat kembali Sejarah Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, pragmatisme kader IMM dan gagasan IMM Masa Depan.

Sejarah Panjang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah

Kita akan merasakan aneh ketika melihat suatu peristiwa dengan tepat dikarenakan peristiwa itu tidak seharusnya terjadi. Lantas timbul pertanyaan bagaimana mencari Solusi untuk mengatasinya ? apakah yang kemudian kita ketahui bahwa dari Sejarah IMM memiliki banyak versi ? Menyoal kembali kelahiran IMM ? Dinamika DPP hari ini yang terdapat deklarasi di luar arena Muktamar XX IMM dukungan yang membuat DPP tandingan ?

Manusia memiliki keterbatasan dan ketidak mampuan dalam meramalkan hal-hal yang tak dapat diduga menyiratkan ketidak mampuan meramalkan arah Sejarah. Tetapi permasalahan yang terjadi seolah-olah kita bertindak mampu meramalkan peristiwa-peristiwa dalam Sejarah, bahkan yang lebih buruk kita mampu mengubah arah Sejarah. Tentu kita perlu mendiagnosis Ikatan ini secara bersama-sama untuk mengingat Ikatan akan berusia 60 tahun. Juga kita sebagai Cendekiawan Berpribadi tidak akan melakukan cara kekosongan berpikir yang kelewatan seperti membiarkan anak-anak yang bermain-main dengan seperangkat bahan kimia.

Menyoal kelahiran Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, bahwa pembelokan Sejarah dibentuk karena keperluan dinamika politik ketika rumor HMI akan dibubarkan, kemudian IMM dilahirkan sebagai wadah alternatif. Sikap pendirian yang kuat bahwa IMM tetaplah IMM dan HMI tetap lah HMI. Secara Sejarah Ikatan ini dipelopori oleh kader-kader hebat Muhammadiyah di Kantor PP Muhammadiyah yakni Pak Djazman, Pak Djarnawi Hadikusumo, Pak AR Fachruddin dan lain sebagainya. Berikut akan kita ulas kembali literatur-literatur Sejarah Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah.

Kembali kepada Muktamar Muhammadiyah ke-25 (Kongres seperempat abad kelahiran Muhammadiyah) 1936 di Jakarta. Gagasan muktamar ini adalah cita-cita besar Muhammadiyah dalam membangun Universitas atau Perguruan  Tinggi Muhammadiyah. Dengan demikian sangat perlu menghimpun dan mengumpulkan mahasiswa Muhammadiyah. Dikarenakan belum memiliki Universitas atau perguruan tinggi Muhammadiyah pada akhirnya masih harus berhimpun di Pemuda Muhammadiyah dan NA.

Perguruan Tinggi Muhammadiyah berdiri pada tahun 18 November 1955, kemudian Pemuda Muhammadiyah pada Muktamar pertama di Palembang tahun 1956 menggagas dan membentuk Departemen pelajar dan Mahasiswa. Pada 18 Juli 1961 di Surakarta IPM lahir, tetapi untuk wadah khusus kalangan mahasiswa Muhammadiyah belum bisa diwujudkan. IPM yang sempat berubah nama menjadi Ikatan Remaja Muhammadiyah karena kebijakan Menpora Abdul Ghafur tetapi kini bisa kembali lagi menjadi IPM Ikatan Pelajar Muhammadiyah.

Perguruan Tinggi Muhammadiyah semakin berkembang yakni Fakultas Hukum dan Filsafat di Padang Panjang, dikarenakan adanya peristiwa PRRI membuat perkembangan PTM mandek. Berdiri PTM di Jakarta yaitu Perguruan Tinggi Pendidikan Guru lalu berubah nama menjadi IKIP. Di Surakarta pada tahun 1958 Universitas Muhammadiyah Surarkarta dari pengembangan IKIP Muhammadiyah Jakarta cabang Surakarta dengan jurusan Pendidikan Umum, Ekonomi Umum dan PAI.

Mungkin akan semakin panjang tulisan ini jika menceritakan Sejarah Perguruan Tinggi Muhammadiyah secara lengkap. Lanjut pada tahun 1960 Perguruan Tinggi Muhammadiyah semakin berkembang. Lantas PP Pemuda Muhammadiyah masih memiliki beban untuk membuat solusi akan wadah khusus Mahasiswa Muhammadiyah. Berawal dari Muktamar Muhammadiyah 1962 di Jakarta adanya desakan dari Pemuda Muhammadiyah yang berstatus mahasiswa agar Departemen Kemahasiswaan dalam struktur Pemuda Muhammadiyah dilepas atau berdiri sendiri.

Dengan desakan tersebut pada 15 Desember 1963 yang diprakarsai oleh Ir. Margono, Sudibjo Markus, dan A. Rosyad Shaleh mendirikan Lembaga Dakwah Mahasiswa Muhammadiyah. Karena diperlukan wadah khusus untuk Mahasiswa Muhammadiyah maka PP Pemuda Muhammadiyah meminta restu kepada PP Muhammadiyah kala itu dalam kepimpinan H.A. Badawi dan akhirnya usulan dapat dikabulkan.  Barulah Bapak Muhammad Djazman Alkindi mengusulkan nama Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah dan berdiri pada tanggal 29 Syawal 1384H/ 14 Maret 1964 dan diketuai oleh Muhammad Djazman Al-Kindi.

Begitu panjang Sejarah Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah. Kita tidak secara spontan belajar bahwa kita tidak mempelajari yang tidak kita pelajari. Masalahnya terdapat di dalam paradigma kita sendiri seperti struktur pikiran, tidak belajar mendalam tentang aturan-aturan Ikatan, memiliki kecenderungan untuk tidak mempelajari aturan-aturan yang tidak terlalu dikuasai, terkadang tidak menyukai hal-hal abstrak yang mereduksi analisis kita.

Keromantisan Pragmatisme di Tubuh Kader Ikatan

Menyedihkan sekali ketika berpikir tentang mereka yang telah diperlakukan secara keliru oleh Sejarah maka dari itu Sejarah Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah adalah IMM tetaplah IMM.

Pada tahun 2024 adalah tahun di mana Kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah dihadapkan dengan Pesta Demokrasi Indonesia. Dalam hal ini landasan dalam menghadapi perhelatan politik kader IMM perlu memahami betul terkait Khittah Muhammadiyah 2002.

Muhammadiyah adalah gerakan dakwah Islam Tajdid. Jika melihat persoalan perpolitikan di Indonesia saya menjadi teringat dengan ucapan Prof. Abdul Mu’ti bahwa “Agama dan politik yang tarik ulur. sikap Muhammadiyah menghadapi politik dengan tenang, jangan terlalu fanatik. Politik sudah korup tapi masih bisa diutak atik. Politik adalah seni dalam menyelenggarakan Negara karena ada negosiasi di situ.”

Di dalam perkaderan Tingkat Madya atau DAM, atau di diskusi ringan kopian  kita sadari bahwa pentingnya politik untuk IMM, tetapi jika harus masuk ke dalamnya kita khawatir terlibat dalam program-program yang tidak terlalu berinteraksi dengan urusan dakwah. Dengan dampak perkaderan di lingkup umat Islam berkaitan dengan politik menjadi setengah hati. Kita lihat hanya segelintir kader IMM yang serius masuk ke ranah politik.

Terdapat faktor eksternal yang menjadi stigmatisasi Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah terutama pesoalan politik sehingga kurangnya ada aktivitas di dalamnya. Hal ini bukan berarti kader IMM tidak memiliki value atau nilai tawar akan perpolitikan, justru ketika masuk ke ranah politik kita mampu mewarnai, menjalankan fungsi dengan baik dan tidak ada yang terlibat masalah. Karena pada dasarnya kita sebagai kader Muhammadiyah merasa takut berpolitik karena ambiguitas.

Masalah yang menyandung segelintir kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah adalah pragamatisme pada kesempatan ini yakni tentang materialistik. Melihat kondisi kader terdapat kekhawatiran akan komunikasi di dunia kekuasaan. Contoh ketika bertemu dengan pejabat saja sudah senangnya bukan main.

Pragmatisme materialistik melalui hubungan dan komunikasi dengan dunia kekuasaan akan sangat berkemungkinan menjadi lubang yang tak terlihat dan membuat kita terjerumus ke dalamnya. Bahayanya ketika idealisme yang langsung runtuh hanya karena keinginan keuntungan finansial. Maka bisa kita sebut dengan politik yang dijadikan sangat pragmatik materialistik.

Gagasan Futuristik IMM adalah Solusi


 

Tentu hal pragmatik materialistik tidak ada nilai perjuangannya dan membuat krisis kepercayaan. Dampak dari itu adalah orang-orang yang tidak percaya pada pimpinan atau actor politik dari Muhammadiyah wa bil khusus IMM dan kemudian hanya ditipu untuk menjadi pendukung-pendukung penggembira saja.

Budaya literasi harus ditekankan sejak dini mahasiswa gagap akan narasi dan krisis nalar kritis. Pendidikan hanya berkutat pada sisi pragmatis, mementingkan IPK bukan mengedepankan aspek pengetahuan. Selama ini kita tidak berani terbuka untuk mengkritisi budaya Pendidikan di perguruan tinggi.

Banyak potret mahasiswa melakukan presentasi di kelas pun hanya mencomot referensi dari internet dan beberapa buku yang sebelumnya blm pernah dibaca dan dipahami. Lalu tiba tiba dipresentasikan dengan model membaca. Mekanisme diskusi seperti inikah untuk memperkuat keilmuan mahasiswa ? beda dengan metode belajar ala aktivis Kader IMM yang melahap puluhan buku, diskusi berjan jam hingga larut malam, terlibat aksi, advokasi problem-problem sosial sebagai antitesis atas pendidikan formal hari ini.
Tetap lah menjadi agen perubahan, jangan menjadi agen perusakan.

Mendiagnosis Kegagalan Dewasa Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah perlu sudut pandang lebih dari pemaparan hal di atas. Muktamar XX IMM di Palembang 1-3 Maret 2024 di mana sudah terpilih secara sah melalui Forum Permusyawaratan Tertinggi IMM yakni Muktamar Ketua Umum terpilih Riyan Betra Delza dan 12 Formatur DPP IMM 2024-2026. Tetapi terdapat dinamika Deklarasi Ketua Umum di luar arena Muktamar XX IMM yaitu di Monumen Ampera Palembang.

Sebenarnya yang perlu ditepiskan adalah mereka yang merawat konflik. Secara dewasa ketika Muktamar sudah selesai maka iklim dan perselisihan kompetisi juga harus selesai. Saatnya kembali ke rumah besar Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah. Mengingat Ikatan ini akan menginjak usia 60 tahun. Dari Sejarah panjang Ikatan ini diperjuangkan hingga saat ini kita menjadi kader ikatan yang insya allah mencoba husnul khotimah merawatnya maka diperlukan kedewasaan berpikir, jangan sampai mengisi hal menggembirakan di IMM dengan kekosongan cara berpikir. Setelah Narasi Menjadi Aksi, saatnya menggagas IMM Masa Depan sebagai Solusi.

 

Selamat Milad Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah ke-60 .

IMM JAYA !

Fastabiqul Khoirot ,Abadi Perjuangan !

 

Oleh:

Wahyu Jatmiko Aji, S.H

Ketua Umum PC IMM Ahmad Dahlan Kota Surakarta 2023/2024

 

Posting Komentar

Akses seluruh artikel dengan mudah melalui smartphone!