Oleh: Annas Firmansyah
Pada malam hari setelah pelantikan sekitar pukul 22.00
WIB pada hari Ahad, 14 Februari 2021 saya berkesempatan untuk bisa ngobrol dan
berbincang sedikit serius dengan ketua umum PC IMM Ahmad Dahlan yang baru saja
dilantik dan ketua umum sebelumnya yaitu Immawan Nur Kholis Majid dan Immawan
Fauzan Amar. Obrolan kami lakukan di kedai kopi ndomblong Kartasura dengan
penerangan seadanya dan ditemani kawan-kawan lainnya yang sedang melepas penat
setelah pelantikan.Banyak hak yang kami bincangkan pada malam itu, mulai
dari perjalanan perkuliahan masing-masing kedua tokoh ini hingga pesan yang
ditujukan kepada kader-kader dan pimpinan PC IMM Ahmad Dahlan maupun
komisariat-komisariat yang dibawah naungannya.
Obrolan saya buka dengan bertanya kepada Immawan Kholis
terlebih dahulu, tentang bagaimana kesulitan yang dihadapi selama memimpin dan
membimbing PC IMM Ahmad Dahlan di periode kepemimpinan beliau. Beliau sendiri
menjawab memang periode sebelumnya cukup sulit karena hampir lebih dari
setengah periode kepemimpinan banyak kegiatan-kegiatan yang tertunda karena
dampak dari pandemi covid-19, intensitas untuk bertemu langsung pun
menjadi berkurang dan solusinya adalah banyaknya kegiatan-kegiatan yang diganti
dengan webinar dan rapat-rapat pun dilakukan secara online baik melalui
media zoom meeting maupun whatsapp.
Setelah itu saya lanjut bertanya kepada Immawan Fauzan
yang mana pada periode kepemimpinan beliau saat ini meski sudah agak longgar
dan aktivitas hampir seperti sebelum adanya pandemi, namun tetap saja pada saat
ini masih dalam masa pandemi. Saya mengajukan pertanyaan mengenai kendala dan
kesulitan saat menyelenggarakan pelantikan di tengah pandemi ini.
Menurut Immawan Fauzan, kesulitan yang dihadapi adalah
saat mencari tempat untuk pelantikan sebab banyak tempat yang tidak bisa
digunakan karena alasan pandemi dan pembatasaan kegiatan, saat sedang mencari
tempat seperti hotel pun banyak yang telah di pesan terlebih dahulu dan jika
ada yang kosong itu pun harga sewa tempatnya cukup mahal. Sedangkan kendalanya
adalah saat penentuan hari pelantikan yang dimaju-mundurkan karena kebijakan
dari pemerintah daerah yang memberlakukan pembatasan kegiatan dan jam malam
sehingga harus diundur pelaksanaannya. Tak hanya itu, jumlah masa yang dibatasi
serta penerapan protokol kesehatan yang cukup ketat juga membuat persiapan
pelantikan semakin ekstra.
Mulai merambah ke pembahasaan yang cukup berat, saya
bertanya kepada kedua tokoh ini tentang perkuliahan masing-masing. Immawan
Kholis yang saya tuju dengan pertanyaan mengenai apakah akan melanjutkan
perjalanan IMM ini ke tingkat lebih lanjut seperti DPD atau hendak fokus
melanjutkan pendidikan S2 atau mulai meniti karir di dunia kerja. Dari Immawan
Kholis sendiri belum bisa memberi jawaban tentang hal tersebut karena
kedepannya seperti apa tidak ada yang mengetahui namun yang pasti kita hidup
akan selalu berputar, kepemimpinan akan silih berganti seiring waktu, maka itu
pengkaderan dan estafet kepemimpinan harus terus berjalan untuk menghasilkan
kader-kader dan pemimpin yang terus lebih baik dari sebelumnya, barulah
organisasi bisa dikatakan sehat jika hal tersebut terus dilakukan. Dan tentunya
kita semua pasti tidak akan selamanya berada di IMM, kita akan di hadapkan
dengan dunia yang lebih luas di masa mendatang.
Sedangkan kepada Immawan Fauzan saya mengajukan
pertanyaan tentang bagaimana kepemimpinan yang akan diemban oleh beliau
bersamaan dengan masa pengerjaan skripsinya dan sudah memasuki semester tua.
Beliau memberi jawaban dan nasehat bahwa kita diberi amanah oleh orang tua di
kampus untuk belajar dan mencari ilmu. Tentu organisasi juga menjadi hal
penting karena sebagai wadah berekspresi, berdakwah, mensyiarkan Islam maupun
Muhammadiyah dan tentunya juga merupakan kampus kedua. Namun perkuliahan dan
organisasi haruslah berjalan dengan seimbang, jangan sampai karena terlalu sibuk
dan asik di organisasi kita menjadi lupa kewajiban kita untuk kuliah sehingga
kecewa dikemudian hari, maka dari itu beliau juga menghimbau kepada kader dan
pimpinan yang sudah memasuki semester tua untuk segera mulai mengerjakan
skripsi.
Terakhir kepada kedua tokoh ini untuk menutup obrolan
saya meminta pesan dari masing-masing tokoh ini dimualai dari Immawan Kholis
yang memberi pesan “Ojo baperan, akehono berperan!” untuk semua anggota
dari PC IMM Ahmad Dahlan ketika hendak membuat sebuah perubahan janganlah
terlalu banyak baperan namun berperan, sehingga konflik dan masalah antar kader
maupun organisasi dapat terselesaikan dengan baik dan cepat tidak
berlarut-larut.
Sedangkan Immawan Fauzan memberi pesan untuk
meminimalisir adanya permasalahan di organisasi maupun antara kader dengan
kader lainnya atau pimpinan dengan pimpinan lainnya. Beliau juga memberi pesan “Selalu
berusaha untuk menekan emosi dan menahan egoisme masing-masing agar semua bisa
berjalan dengan baik. Jika tidak, maka kita tidak akan bisa memberi kontribusi
kepada masyarakat dan lingkungan sekitar. Bagaimana kita sebagai agent of
change mampu memperbaiki bangsa dan negara jika kita saja tidak mampu
memperbaiki diri kita sendiri?”
Abadi Perjuangan!